Dalam mabuknya yang menggila itu , ayah Radhiyunnah Safih telah
mengambil sebilah pisau pemotong sayur yang terletak di dapur . Pisau keluli yang
matanya sepanjang tujuh inci itu , menyilau matanya tatkala di suluhi lampu kalimantang
yang terang memancarkan cahayanya . Dengan mengacukan pisau ke leher Radhiyunnah
Safih , ayah Radhiyunnah Safih telah mengugut ibu Radhiyunnah Safih yang dia akan
mencederakan Radhiyunnah Safih jika kemahuannya tidak di turuti .
Dalam keadaan risau serta kasihnya pada Radhiyunnah Safih , ibu
Radhiyunnah Safih telah menuruti permintaan suaminya . Malangnya , walaupun ibu
Radhiyunnah Safih telah menyerahkan wang kepada ayah Radhiyunnah Safih , ayah
Radhiyunnah Safih tetap tidak melepaskannya . Dia sebaliknya berkata dia pasti akan
mendapat keuntungan yang besar jika menjualkan Radhiyunnah Safih kepada sindiket
pelacuran . Ibu Radhiyunnah Safih beristighfar panjang mendengar kata-kata suaminya .
Radhiyunnah Safih menangis teresak-esak dalam cengkaman ayahnya , ketakutan .
Ibu Radhiyunnah Safih berkali-kali meminta ayah Radhiyunnah Safih untuk
mengucap . Namun, ayah Radhiyunnah Safih masih dalam rangkulan iblis dan syaitan .
Ayahnya cuba beredar dengan membawa Radhiyunnah Safih bersama-
samanya . Ibu Radhiyunnah Safih telah menerpa ke arah suaminya . Pergelutan berlaku di
antara ibu dan ayah Radhiyunnah Safih . Radhiyunnah Safih di tolak ke tepi . Kepalanya
terhantuk pasu bunga yang di gubah indah , menghiasi ruang tamu rumahnya . Cecair merah
yang hangat mengalir pantas dari kepalanya . Darah . Pandangan Radhiyunnah Safih mula
kabur . Namun begitu , Radhiyunnah Safih dapat melihat dengan jelas tatkala ayahnya
menikam ibunya dengan pisau tersebut , tepat menembusi paru-paru kirinya .
Radhiyunnah Safih menjerit ketakutan .
No comments:
Post a Comment